Senin, 16 Desember 2013

Hasil Pengundian Babak 16 Besar Champions League 2013/14

Pengundian babak 16 besar Champions League musim 2013/14 sudah dilakukan di kota Nyon, Swiss, pada tanggal 16 Desember 2013. Hasil pengundian tersebut adalah sebagai berikut:



Manchester City vs Barcelona 
Selasa, 18 Februari & Rabu, 12 Maret 2013
Pertemuan yang mengejutkan, karena kedua kubu sedang menampilkan performa yang menjanjikan di masing-masing liga. City begitu tampil perkasa di kandang musim ini: menghajar tetangganya United 4-1, Tottenham 6-0, dan terakhir kandidat juara terkuat, Arsenal, dengan skor 6-3. Pun di Babak Grup mereka berhasil tampil gemilang dengan lolos dengan poin yang sama dengan sang juara bertahan Bayern Muenchen, 15 poin. Bahkan mereka berhasil mengalahkan FC Holywood tersebut di kandang lawan dengan skor 3-2. Meskipun tidak segarang musim sebelumnya, Barcelona masih memuncaki klasemen La Liga dan, seperti yang diduga sebelumnya, Grup H. Menarik untuk menyaksikan apakah permainan tiki-taka mereka masih ampuh untuk meredam semangat The Citizens atau tidak.  

Olympiakos vs Manchester United
Selasa, 25 Februari & Rabu, 19 Maret 2013
Pertarungan antara dua tim yang bertolak belakang performanya di masing-masing liga. Olympiakos begitu digdaya di Super League Yunani, memimpin 8 poin di atas pesaing terdekatnya, PAOK. Meskipun lawannya adalah tim yang begitu tampil semenjana di liga nasional dan bertengger di posisi 9, Manchester United justru lebih unggul dalam hal posisi ketika lolos dari Babak Grup. Manchester United tidak terkalahkan di Grup A dan lolos dengan poin 14, sementara Olympiakos harus bersyukur karena lolos akibat unggul selisih gol (2 gol) dari pesaing di peringkat ketiga Grup C, Benfica. 

AC Milan vs Atletico Madrid
Rabu, 19 Februari & Selasa, 11 Maret 2013
Mirip dengan pertandingan di atas, ini adalah pertemuan antara dua tim yang berbeda kondisi di liganya masing-masing. AC Milan begitu tampil angin-anginan di Serie A, bahkan lebih parah dan berada di posisi ke-12, tertinggal 25 poin dari pemuncak klasemen Juventus. Namun mereka boleh berbangga karena justru sang pemuncak klasemenlah yang tidak lolos ke Babak 16 Besar ini dan mereka adalah satu-satunya wakil Italia di babak ini, dan lolos dari Babak Grup di bawah Barcelona dengan poin 9. Lawan mereka adalah Atletico Madrid, yang tampil begitu memukau di La Liga dan berhasil memperoleh nilai yang sama dengan Barcelona di liga. Pun begitu juga penampilan mereka di Babak Grup Liga Champions. Hanya meraih sekali hasil seri ketika melawan Zenit, sisanya dibawa dengan kemenangan, dan posisi pertama Grup G pun berhak mereka peroleh dengan poin 16. 

Bayer Leverkusen vs Paris St. Germain
Selasa, 18 Februari & Rabu, 12 Maret 2013
Pertandingan yang menarik untuk disaksikan, mengingat Bayer Leverkusen, yang sedang kembali mencoba menapaki rekam sukses mereka di musim 2001/02 (di mana saat itu Leverkusen yang masih diperkuat Ballack cs. berhasil menapaki Final Liga Champions melawan Real Madrid), berhasil lolos dari Grup A dengan poin 10. Pun di liga saat ini mereka berhasil menduduki peringkat kedua, di atas Borussi Dortmund yang pada musim lalu menjadi finalis Liga Champions. Dan lawan mereka di babak selanjutnya tidaklah mudah, yakni tim yang sedang merajai French Ligue dan lolos dengan meyakinkan sebagai juara Grup C, Paris St. Germain dengan poin 13. 

Galatasaray vs Chelsea
Rabu, 26 Februari & Selasa, 18 Maret 2013
Jujur, pertandingan ini menjadi menarik hanya karena Jose Mourinho. Di era kepelatihan Mourinho-lah Drogba, pemain kunci Galatasaray, memulai sinar karirnya sebagai pemain di Chelsea. Dan juga pada masa kepemimpinan Mourinho di Inter-lah masa-masa paling indah Wesley Sneijder, pemain kunci Galatasaray yang lain, sebagai pemain. It all will only be a reunion. Sebagai pengingat, Galatasaray lolos sebagai peringkat kedua di Grup B, unggul satu poin di atas Juventus. Sementara itu, Chelsea berhasil lolos dari Grup E dengan poin 12. Dan sebagai pembanding juga, Galataray berkuasa di Turkish Super Lig dengan poin 71, unggul 10 poin dari pesaing terdekatnya, Fenerbahce. Sementara itu Chelsea di peringkat ketiga menempel Arsenal dengan poin 33, hanya kalah selisih gol dengan Liverpool. 

Schalke 04 vs Real Madrid
Rabu, 26 Februari & Selasa, 18 Maret 2013
Tidak begitu berharap banyak pada pertandingan ini, karena kita sudah 95% mengetahui siapa yang akan lolos dari pertandingan ini. Berlebihan memang, namun rataan kualitas pemain di antara kedua tim begitu jauh. Apalagi didorong semangat Real Madrid untuk meraih La Decima (gelar kesepuluh) mereka, anak-anak Schalke 04 boleh hanya bermodalkan semangat dan keberuntungan untuk melawan mereka. Schalke 04 berhasil lolos ke Babak 16 Besar pada peringkat kedua Grup E dengan poin 10, sementara Real Madrid berhasil keluar sebagai juara Grup B dengan poin 16. 

Zenit vs Borussia Dortmund
Selasa, 25 Februari & Rabu, 19 Maret 2013
Banyak yang berpendapat ada yang salah dengan Borussi Dortmund. Entah itu kejenuhan bermain, penurunan kualitas pemain, ataupun gaya bermain yang mulai terbaca, apapun itu Borussia Dortmund terasa tidak semenggigit musim lalu. Meskipun berhasil menjuarai Grup Neraka, Grup F, dengan poin 12, jumlah poin yang sama yang diraih peringkat kedua dan ketiga menggambarkan bahwa Dortmund tidak berhasil, setidaknya, mengungguli pesaing-pesaingnya di Babak Grup. Mereka harus berusaha lebih keras lagi untuk menghadapi sang juara dua Grup G, Zenit. Lolos dari Grup G dengan poin 6, Zenit harus berjuang keras melawan perlawanan sengit dari FC Porto dan Austria Wien, sama seperti ketika mereka harus berjuang keras melawan peringkat dua di liga, Lokomotiv Moskva. 

Arsenal vs Bayern Munich
Rabu, 19 Februari & Selasa, 11 Maret 2013
Salah satu pertandingan paling menarik pada babak ini. Kedua tim sama-sama sedang on fire, memiliki skuad yang mumpuni, pelatih brilian, dan berfilosofi sepakbola menghibur. Arsenal lolos sebagai juara dua Grup F dengan 12 poin, sementara Bayern Munich lolos sebagai juara grup dengan poin 15. Saya tidak akan banyak berbicara mengenai pertandingan ini, yang ingin saya lakukan hanyalah menontonnya. 

**

Selasa, 10 Desember 2013

My UEFA Team of The Year 2013

Sesungguhnya saya kurang suka jika disuruh memilih 11 pemain yang berpenampilan terbaik dalam rentang waktu satu tahun antara Januari sampai Desember ini. Mengapa? Alasan utama saya adalah karena sebagian besar (atau bisa dibilang semua) kompetisi resmi di ranah Eropa dimulai dan diakhiri pada pertengahan tahun, sehingga tercipta dua bagian dari musim yang berbeda pada tahun yang sama. Dan, masalah terbesarnya adalah bahwa seringkali pemain-pemain yang tampil cemerlang pada satu musim tiba-tiba mengalami penurunan performa pada musim berikutnya. Hal inilah yang membuat saya kesulitan untuk memilih 11 pemain terbaik yang bermain di bawah naungan UEFA pada tahun 2013 ini. 

Namun, di balik kesulitan itu, ada satu hikmah yang dapat diambil dari hal tersebut: bahwa pemain yang terpilih adalah hampir pasti pemain yang tampil konsisten pada dua musim yang berbeda; jikalau bukan karena konsistensinya, pasti karena pemain tersebut memberikan kontribusi yang begitu berarti pada satu musim. Karena kedua hal ini lah maka banyak terdapat pemain Bayern Munich pada daftar berikut, terima kasih kepada kontribusi menakjubkan mereka membawa Bayern Munich melewati salah satu musim terbaik mereka sepanjang sejarah. Dan karena hikmah di atas pula maka Cristiano Ronaldo berada pada daftar ini--meskipun dia tidak menghasilkan satu trofi pun untuk Madrid pada tahun 2013 ini. Lets get started.

Sebagai awal, formasi yang saya gunakan adalah 4-2-3-1, salah satu formasi yang paling sering digunakan pada jaman sepakbola modern ini. Pun formasi ini digunakan oleh Bayern Munich pada musim 2012/13, sehingga mereka mampu meraih treble winners. Tidak hanya pada musim tersebut, performa mereka pun tidak menurun dengan datangnya Pep Guardiola sebagai pelatih baru mereka. Dan hasilnnya mereka tetap menakutkan di paruh awal musim 2013/14 ini. Tidak percaya? Tanya saja pada Werder Bremen yang dihajar tujuh gol tanpa balas di kandang Bremen sendiri. Oleh karena itu, saya memasukkan sampai 5 pemain Bayern Munich pada tim ini. 

Dimulai dari Philip Lahm, sang kapten, yang saya plot sebagai right full back di tim ini. Performanya yang sama konsistennya dengan ambisi Cina untuk menguasai perekonomian dunia ini membuat saya tidak ragu untuk menaruhnya di posisi ini. Bahkan ketika dia digeser Pep menjadi seorang defensive midfielder pada musim ini, ia juga menjalankannya dengan sempurna. Kemudian ada rekannya David Alaba yang menghuni posisi left full back. Agresivitasnya ketika menyerang mengingatkan saya pada sosok Roberto Carlos. Meskipun tak mempunyai tendangan sekeras Carlos, ia memiliki disiplin bertahan yang tinggi, dan juga stok 11 gol nya pada tahun ini yang terbilang tinggi. 

Untuk posisi double pivot, atau posisi dua gelandang tengah dalam formasi 4-2-3-1 ini, tidak salah saya berikan kepada duo maut Shinta dan Jojo Bastian Schweinsteiger dan Javi Martinez (karena Schweinsteiger susah diketik, saya akan sebut dia Bastian). Pasangan ini tak terpisahkan, mereka adalah tulang punggung dari keseimbangan tim Bayern Munich; tanpa mereka Bayern Munich tidak akan mampu untuk menguasai pertandingan, terutama melawan tim-tim besar. Kemudian ada Frank Ribery. Banyak yang bilang, termasuk saya, bahwa 2013 merupakan tahun terbaik dari karir seorang Ribery. Total 20 gol dan 20 assist sampai tanggal tulisan ini ditulis pada tahun ini hanya akan membuatnya sakit hati pada tahun 2014 apabila ia gagal memenangkan Ballon d'Or tahun ini. 

Di posisi penjaga gawang ada Thibaut Courtois, pemain berusia 21 tahun yang menjadi salah satu alasan utama Atletico Madrid bisa menempel ketat Barcelona dan Real Madrid di tangga atas La Liga. Usia muda Courtois yang hanya 21 tahun tidak membuatnya gentar menghadapi striker kelas dunia seperti Ronaldo dan Messi. Tercatat pada tahun ini dia sudah mencatat 24 clean sheets, dan hanya kebobolan 25 gol (0.53 gol per pertandingan). Di depannya sebagai central defender terdapat Filipe Luis, rekan Courtois di Atletico. Penampilan gemilangnya sepanjang tahun ini sungguh sangat membantu kinerja Courtois dalam menggalang pertahanan Atletico. Menemani Luis di tengah pertahanan, Mats Hummels merupakan salah satu dari beberapa pemain Borussia Dortmund yang tampil konsisten sepanjang tahun. Di usianya yang masih terbilang muda (24 tahun), Hummels mampu mendatangkan mimpi buruk bagi penyerang-penyerang kelas wahid, seperti yang dialami oleh pemain-pemain Real Madrid pada leg pertama Semi Final Liga Champions 2012/13. 

Dan berbicara mengenai Real Madrid, tiga pemain terakhir yang akan saya sebut semuanya berkaitan dengan klub asal ibukota Spanyol tersebut. Yang pertama adalah Gareth Bale. Total 21 gol dibuatnya pada musim 2012/13, membuatnya seakan seorang diri membawa Tottenham Hotspur meraih peringkat ke-5 klasemen musim itu. Tidak berhenti di sana, setelah menahbiskan diri sebagai pemain termahal dunia saat ini, ia membantu performa Real Madrid dengan 7 gol dan 7 assist nya ketika sang mega bintang Cristiano Ronaldo cedera. Kedatangan Bale di Madrid pun harus membuat Mesut Ozil hengkang dari Madrid ke Arsenal, setelah dia membuat total 13 assist di musim 2012/13. Kehadirannya di Arsenal pun membawa berkah, 4 gol dan 6 assistnya membawa Arsenal mantap menduduki posisi satu di klasemen BPL pada paruh pertama musim ini. Dan pemain terakhir kita, Cristiano Ronaldo. Saya tidak akan banyak bercerita mengenainya, mari kita bicara statistik: 58 gol dan 13 assist total dalam tahun ini, top scorer Liga Champions 2012/13 dengan 12 gol, dan menjadi pencetak gol timnas Portugal terbanyak dalam sejarah, sejajar dengan Pedro Pauleta, dengan 47 gol. Nuff said.

Courtois - Lahm - Hummels - Filipe Luis - Alaba - Bastian - Martinez - Bale - Ozil - Ribery - Ronaldo













Demikianlah daftar pemain terbaik 2013 yang dapat saya buat, semoga bermunculan pemain baru yang bermain secara konsisten dan memukau sehingga dapat menggeser mereka-mereka pada gambar tersebut. Bosen gak sih, ngeliat Lahm lagi, Ronaldo lagi?

***

Selasa, 03 Desember 2013

Pertandingan Terbaik yang Pernah Saya Tonton

Sebuah pertanyaan sederhana terbersit dalam pikiran saya, ketika menyaksikan bocah-bocah ingusan sebangsa umur anak SD bermain bola plastik di dekat rumah saya: kapankah terakhir kali Anda menikmati sebuah pertandingan sepakbola? Bukan, menikmati di sini bukan berarti Anda duduk manis menyaksikan klub favorit Anda--yang notabene membuat Anda dicap sebagai glory hunter--meluluh lantakkan sebuah klub kecil yang bahkan tidak pantas berada di liga utama. Menikmati di sini dalam artian bahwa emosi Anda ikut tergerus, Anda ikut melompat, dan bahkan Anda ikut menangis bersama tangisan para pesepakbola nun jauh disana--padahal Anda tidak punya ikatan emosi apapun dengan pemain tersebut. 

Untuk itulah saya membuat list pertandingan terbaik yang pernah saya tonton selama hidup saya (hal ini berarti pertandingan sebelum tahun 1990 tidak akan masuk ke dalam list ini). Pertandingan-pertandingan ini sudah saya sortir dari sekian banyak pertandingan yang ada, sehingga Anda tidak akan ragu untuk menonton ulang pertandingan dalam list ini. Pertandingan-pertandingan di dalam list ini, selain menguras emosi saya ketika menonton, juga mengajarkan kepada saya banyak hal tentang pelajaran kehidupan. So, check it out


4. Deportivo La Coruna 4-0 AC Milan, UEFA Champions League Quarter Finals 2004
Venue: Estadio Riazor
Date: April 07, 2004














Daftar ini dimulai dengan pertandingan perempat final leg kedua antara Deportivo La Coruna melawan AC Milan. Ini bukan sembarang tim AC Milan medioker yang seperti kita saksikan di tahun 2013 ini, tapi ini adalah tim AC Milan yang masih dihuni pemain kelas dunia mulai dari depan sampai belakang, seperti Nesta, Cafu, Maldini, Seedorf, Inzaghi, dan si muda nan jenius Kaka, dan memegang predikat sebagai juara bertahan. Bahkan Deportivo harus memulai pertandingan dengan kabar buruk, karena sebelumnya di leg pertama mereka jelas kalah kelas dan dibantai 4-1 di San Siro. Dengan kata lain, mereka harus menang dengan skor 4-0 atau minimal selisih 4 gol agar bisa lolos ke babak selanjutnya. Bukan perkara mudah menang dengan selisih 4 gol melawan tim kelas dunia seperti AC Milan saat itu. 

Tapi Valeron dkk. membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil. Walter Pandiani membuka keunggulan sang tuan rumah di menit ke-5 dengan tendangan mendatarnya yang gagal dibendung oleh Paolo Maldini. Terbersit sebuah harapan, kemudian Valeron menyambut bola hasil umpan silang rekannya di menit ke-35. Kepercayaan diri pemain - pemain Milan tampak mulai goyah ketika gagal membendung bola lambung sederhana yang berhasil dikonversi menjadi gol oleh Albert Luque pada menit ke 44. Unggul 3-0 pada babak pertama, membuat anak-anak Super Depor menjadi lebih bersemangat, dan alhasil penetrasi Fran pada sisi kanan pertahanan Milan menutup hasil skor menjadi 4-0. 

Video pertandingan ini dapat diklink pada link berikut: video


3. England 2-2 Greece, World Cup 2002 Qualification
Venue: Old Trafford
Date: October 6th, 2001















Tak muluk-muluk, Inggris hanya butuh hasil seri saja untuk lolos ke Piala Dunia 2002. Namun, apa yang semula dikira sebagai misi yang mudah bagi Inggris justru menjadi salah satu misi paling berat yang pernah diemban. Sebenarnya Inggris mulai mengancam dari menit-menit awal, salah satunya adalah tendangan bebas Beckham yang berhasil ditepis oleh Nikopolidis. Namun, apa nyana, justru Yunani yang memimpin terlebih dahulu lewat gol Charisteas pada menit ke 36. Inggris pun berusaha membalas, dan baru mendapatinya di babak kedua, tepatnya di menit ke 68. Pembalasan tersebut berawal dari aksi individu Beckham yang dilanggar oleh Patsatzoglou dan berbuah tendangan bebas. Tendangan bebas tersebut dieksekusi dengan baik oleh Beckham dan diselesaikan dengan baik pula oleh Teddy Sheringham. Satu sama untuk kedua tim. Namun, seperti penyakit Inggris yang sudah-sudah, Yunani langsung membalas 1 menit kemudian lewat tendangan mendatar Nikolaidis, yang ironisnya juga berawal dari sebuah tendangan bebas.  Keunggulan Yunani 2-1 bukan berita baik bagi timnas Inggris, dan untuk itulah David Joseph Beckham, seperti layaknya seorang juru selamat, hadir membawa keselamatan bagi timnya.

Pertandingan berjalan memasuki menit injury time, dan Inggris masih belum juga menemui jalan keluar untuk mengoyak gawang Nikopolidis. Adalah Konstantinidis yang membukakan jalan bagi mereka. Pelanggarannya terhadap Sheringham membuahkan tendangan bebas bagi Inggris. Beckham, yang ingin menghapus memori buruknya pada Piala Dunia sebelumnya, berinisiatif mengambil tendangan bebas tersebut. Dan apa yang terjadi berikutnya adalah sebuah gol yang menjadi salah satu gol terbaik timnas Inggris sepanjang masa. Bola bergerak melengkung dengan indahnya menembus gawang Yunani, meninggalkan sang penjaganya terpana melihatnya. Stadion Old Trafford bergemuruh, dan Inggris pun lolos ke Piala Dunia 2002 (di mana mereka juga tersingkir oleh sebuah tendangan bebas indah Ronaldinho). 

Video pertandingan ini dapat diklink pada link berikut: video


2. Manchester City 3-2 Queens Park Ranger, English Premier League 2011-12
Venue: Etihad Stadium
Date: May, 13th 2012

















Sebelum menceritakan jalannya pertandingan (yang sering disebut banyak orang sebagai pertandingan terbaik Liga Inggris sepanjang masa), ada baiknya kita mengetahui kondisi klasemen sebelum pertandingan dimulai. Man City di urutan pertama, dan memiliki poin yang sama dengan Manchester United, 86. Namun, City jauh unggul selisih gol sehingga City lebih berhak pada posisi pertama. United harus membuat selisih gol lebih dari delapan buah apabila ingin menyalip City. Hal ini membuat kemenangan atas QPR menjadi hal yang mutlak apabila ingin memastikan gelar juara di tangan mereka, karena di saat yang bersamaan United bertamu ke kandang Sunderland. 

Gelar juara sepertinya akan dengan mudah diraih setelah Pablo Zabaleta membuka papan skor di menit ke 39, menyambut kerja sama antara Yaya Toure dan David Silva. Namun anak-anak QPR berkata lain, karena pada awal babak kedua, sebuah kesalahan fatal dilakukan oleh Joleon Lescott sehingga bola jatuh ke kaki Djibril Cisse. Cisse yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut, langsung menyarangkan bola ke gawang Joe Hart. Sampai detik ini, United memimpin 2 poin di atas City, karena pada saat yang sama United telah unggul 1-0 oleh gol Rooney di menit ke 20. City pun harus berusaha keras merebut gol kemenangan. 

Usaha tersebut tampaknya akan semakin mudah ketika Joey Barton diusir wasit pada menit ke 55 karena melanggar Carlos Tevez. Melawan 10 orang seharusnya bukan perkara yang begitu sulit, tapi apa daya, justru QPR yang menambah pundi gol pada menit ke 66 lewat serangan balik yang berhasil diselesaikan oleh Jamie Mackie. Bahkan Roberto Mancini pun terlihat marah di pinggir lapangan dengan usaha pertahanan yang dibangun oleh Kompany dkk. Bagaimana tidak, QPR hanya membangun 3 serangan di sepanjang pertandingan, dan dua di antaranya berhasil menjadi gol. Harapan untuk menjadi juara liga pun semakin menguap di depan mata, karena hingga menit ke-90 pun City masih tertinggal 1-2. Sangat jarang mereka melakukan comeback 2 gol di menit injury time, apalagi di pertandingan sepenting ini.  

Adalah seorang pria asal Serbia bernama Edin Dzeko, yang di masa kecilnya hampir terkena bom semasa perang saudara di Serbia, memberikan harapan baru bagi The Citizens. Di menit ke 92, sebuah tendangan sudut dieksekusi oleh Silva, dan kemudian disambut oleh kepala Dzeko. Harapan pun membuncah, pemain-pemain City seperti terlihat baru bangun dari tidurnya. Semua terasa tidak ada yang mustahil sekarang, bahkan untuk gol ketiga di waktu yang hanya tersisa 2 menit ini. Berawal dari penetrasi de Jong di tengah lapangan, bola diberikan kepada Aguero, dan dilanjutkan ke Balotelli. Pemain berkulit hitam ini pun lalu memberikan pergerakan paling bermaknanya sepanjang musim, yakni dengan memberikan operan balik kepada Aguero sambil menjatuhkan badannya. Aguero tak menyia-nyiakan bola tersebut, melakukan sedikit sentuhan tipuan, dan... seisi Etihad stadium pun meledak. Gol ketiga City pun lahir, publik The Citizens bersorak sorai, dan akhirnya Manchester City kembali merasakan gelar juara liga yang terakhir kali mereka raih 46 tahun yang lalu. 

Video pertandingan ini dapat diklink pada link berikut: video


1. AC Milan 3-3 Liverpool (2-3 on penalty shoot-out), UEFA Champions League Final 2005
Venue: Attaturk Stadium, Istanbul, Turkey
Date: May, 25th 2005


















"..we are about to see the most miraculous game of European Football ever." 

Di agama manapun, selalu ditekankan adanya kekuatan misterius yang dapat mengubah hidup kita dalam sekejap, dan kita mengenal itu dalam istilah mukjizat. KeajaibanMiracle. Satu kata yang sangat dahsyat ini memberikan makna bahwa terdapat sebuah pengharapan, sekecil apapun itu, yang apabila kita yakini dapat mengubah hidup kita 180 derajat. Bahkan bagi yang tidak percaya adanya Tuhan pun pasti pernah mengalaminya. Dan, entah apakah semua pemain Liverpool dan pendukungnya memiliki agama, tampaknya mereka semua meyakini hal yang sama: masih ada keajaiban di dalam sepakbola. 

Mei, tanggal 25, tahun 2005. Saya tidak akan pernah melupakan tanggal tersebut.

Tanggal di mana kedua tim memasuki arena pertempuran terakhir mereka di Champions League tahun itu, setelah keduanya melakukan perjalanan yang melelahkan selama turnamen berlangsung. Sebenarnya secara kualitas, pemain-pemain AC Milan berada di atas pemain-pemain Liverpool. Bayangkan saja semua lini diisi pemain kelas dunia: Dida, Nesta, Maldini, Cafu, Seedorf, Kaka, Crespo, dan Shevchenko. Nama-nama yang tentu membuat gentar kubu Liverpool, di mana mereka hanya mengandalkan nama Steven Gerrard sebagai nama wahid di pihak mereka (waktu itu Xabi Alonso belum begitu tersohor). Dan apa yang terjadi pada babak pertama merepresentasikan ketimpangan kelas dari nama-nama pemain kedua tim.

Milan langsung menggebrak dengan gol di menit pertama, diawali dengan penetrasi Kaka di sisi sebelah kiri pertahanan Liverpool. Tendangan bebas pun dilakukan oleh Andrea Pirlo, dan siapa sangka tendangan tersebut disambut dengan sebuah sepakan voli dari Paolo Maldini. Bola pun sempat membentur tanah sebelum mengoyak gawang Dudek. 1-0 untuk Milan. Liverpool pun berusaha bangkit, namun sepertinya usaha mereka terasa hambar setelah beberapa kali peluang mereka seperti terbuang percuma. Justru malah Milan yang kembali mengancam lewat Shevchenko, sayang golnya dianulir wasit karena dia terkena offside terlebih dahulu. Liverpool kembali berusaha menekan, tapi apa daya, sebuah serangan balik cepat yang dibangun oleh Kaka membawa Milan semakin unggul di atas Liverpool. Kejeniusan Kaka yang memberikan operan chip pada Shevchenko membuat Crespo bergerak bebas dan mencetak gol kedua untuk Milan di menit ke 39. Dan kehebatan Kaka tidak berhenti sampai di situ. Lima menit kemudian, Kaka melepaskan umpan terobosan jauh dari tengah lapangan kepada Crespo yang berada di depan. Carragher gagal memotong umpan tersebut, dan terciptalah gol ketiga bagi Milan. Pendukung AC Milan pun bersorak riang, keunggulan tiga gol ini terasa begitu meyakinkan mereka akan trofi Champions League.  











Kita bisa saja mereka-reka dengan sekenanya apa yang terjadi di ruang ganti Liverpool pada masa istirahat, karena apa yang terjadi di lapangan pada babak kedua sungguh sangat bertolak belakang dengan apa yang ditunjukkan pada babak pertama. Sesungguhnya Milan masih mengancam beberapa kali gawang Dudek pada awal babak pertama dan Liverpool belum menunjukkan sama sekali tanda-tanda bahwa mereka akan bangkit. Namun, perlahan tapi pasti, Liverpool mulai menguasai bola secara perlahan, mengatasi pemain-pemain Milan yang terlihat mulai ogah-ogahan untuk bermain. Dan Milan harus membayar mahal untuk hal itu. 

Petaka bagi Milan dimulai pada menit ke 54, dan apa yang disebut sebagai Dongeng Istanbul pun dimulai. Bola yang dikuasai Alonso diberikan kepada Riise yang berdiri jauh di depan sebelah kanan pertahanan Milan. Usaha umpan crossing yang dilakukan Riise dua kali tersebut akhirnya berhasil dilesakkan oleh sebuah sundulan oleh sang kapten Steven Gerrard. A little hope has risen. Gerrard, dengan semangat 45 nya, langsung menghimbau rekan-rekannya untuk bangkit kembali melawan Milan. Dan, semangat tersebut dibayar tuntas oleh rekannya, Vladimir Smicer, pada menit ke 56. 

Milan, yang masih terkejut dengan gol Gerrard tersebut, dengan mudahnya kehilangan bola, sehingga bola dengan mudahnya dimainkan di tengah lapangan oleh para pemain Liverpool. Alonso dan Hammann saling berbagi bola, dan bola akhirnya jatuh ke kaki Smicer. Keputusan Smicer untuk menembak langsung dari luar kotak penalti tidak pernah salah, karena satu detik kemudian bola tersebut sudah berada di dalam gawang Milan. 3-2. Suddenly everybody knows that this is it, this is their time, karena 3 menit kemudian Gerrard dijatuhkan di dalam kotak penalti dan Xabi Alonso sukses menyarangkan gol ketiga Liverpool malam itu. 

Setelah itu, seluruh pemain Liverpool terlihat bermain seolah-olah ini adalah pertandingan terakhir di hidup mereka. Berulang kali pemain seperti Traore dan Carragher harus rela menjatuhkan dirinya demi menyelamatkan gawang Liverpool. Gerrard pun menjelma menjadi sosok yang menjadi role model di setiap pelajaran mengenai "kapten" di semua sekolah sepak bola. Tanpa lelah Gerrard berlarian kesana kemari, bahkan turun ikut membantu sisi kanan pertahanan Liverpool. Tuhan pun seakan ikut bermain membela Liverpool, setelah tendangan keras Shevchenko dari jarak kurang dari 1 meter di depan gawang Dudek melambung jauh di atas mistar gawang. 

Ending dari pertandingan seakan sudah terlihat. Babak adu penalti adalah babak dimana mental adalah faktor penentu, dan tiga dari lima penendang pertama Milan tampaknya sudah kehilangan faktor tersebut. Dongeng Istanbul pun berakhir happy ending bagi kubu Liverpool, setelah Dudek berhasil menghalangi eksekusi penalti Shevchenko. 


That was belief. That's an understand that we could win it. -Phil Thompson