Minggu, 05 Januari 2014

All Time Best XI: KroasiaTerbaik Sepanjang Masa

NOTES: Susunan berikut didasarkan pada prestasi masing - masing individu baik dalam tim nasional maupun pada klub. Juga diperhitungkan seberapa besar pengaruh mereka terhadap tim yang mereka bela, dan inspirasi yang mereka berikan.

Formasi : 4-4-2



Goalkeeper : Stipe Pletikosa
Pilihan yang mudah, mengingat Kroasia dapat dikatakan tidak pernah mencetak kiper legendaris. Pletikosa memang tidak dapat disandingkan dengan Casillas atau Petr Cech sekalipun, tapi kontribusinya kepada timnas begitu luar biasa. Sudah memperkuat timnas Kroasia semenjak umur 20 tahun pada tahun 1999 hingga tahun artikel ini ditulis (2014), pria yang disebut memiliki refleks seperti kucing dan kemampuannya dalam shot stopping ini hampir selalu menjadi pilihan utama di timnas dan mencapai sebanyak 109 caps per 10 Oktober 2013, serta menjadi kiper Kroasia yang memiliki caps paling banyak sepanjang masa.  

Right Full Back : Darijo Srna
Sama seperti Pletikosa, Srna tidak menemui hambatan untuk menempati spot bek kanan di dalam tim ini. Rekornya sebagai pemain Kroasia yang paling banyak memiliki caps (110 caps), juara UEFA Cup tahun 1999, 7 gelar Liga Ukraina, 5 Piala Ukraina, dan 5 Piala Super Ukraina, serta ikut memperkuat Kroasia di Euro Cup 2004, 2008, 2012, dan Piala Dunia 2006, membuat rasanya Darijo Srna tidak tersaingi di posisi ini. 

Center Defender : Dario Simic
Pemain yang mumpuni berperan di semua posisi bertahan: center back, full back, dan sweeper. Karir nya di level klub juga sama menterengnya dengan di level timnas. Pada tahun 1998 dia berhasil membawa timnas meraih peringkat ketiga. Namun sebelum itu, pria yang dikenal dengan stamina yang luar biasa ini berhasil membawa Dinamo Zagreb menjuarai Liga Kroasia sebanyak 5 kali. Tidak sampai di situ, ketika pindah ke klub AC Milan, dirinya juga turut meraih gelar Serie A sebanyak 1 kali, Liga Champions 2 kali, Piala Italia, dan Piala Super Italia sebanyak masing-masing 1 kali, serta gelar FIFA Club World Cup pada tahun 2007. 

Center Defender : Igor Tudor
Disebut sebagai bek terbaik Kroasia sepanjang masa. Tinggi menjulang setinggi 193 cm, Tudor adalah andalan untuk bola-bola udara di setiap pertahanan, serta apik dalam memulai serangan dari belakang. Tudor ikut menjadi bagian dari timnas Kroasia pada Piala Dunia 1998, serta sempat rutin menjadi kepercayaan di lini belakang Juventus sehingga menghasilkan gelar Scudetto pada tahun 2002 dan 2003, dan Supercoppa Italia pada tahun 2002 dan 2003. Bahkan dia adalah salah satu dari sedikit pemain yang bertahan di Juventus, ketika klub tersebut dilanda 'hukuman' lengser ke Serie B, dan membantu Juventus menjuarai Serie B pada tahun 2007.  

Left Full Back : Robert Jarni
Apabila kita memperbolehkan pemain dengan kebangsaan Yugoslavia (sebelum Yugoslavia pecah menjadi Kroasia, dkk) masuk ke dalam list ini, maka pemain terbaik di posisi ini adalah Branko Zebec, seorang pemain Yugoslavia yang tampil gemilang pada Piala Dunia tahun 1954 dan 1958, serta berhasil membawa Partizan Belgrade menjuarai 3 Piala Yugoslavia pada tahun 1952, 1954, dan 1957. Adakah alternatif pemain lain di posisi ini? Ada, dan Robert Jarni adalah orang yang paling tepat untuk itu. Jarni merupakan langganan timnas sejak tahun 1990 dan 2002, mengemas total sebanyak 81 cap internasional bersama timnas senior Kroasia. Gol tunggalnya di timnas dicetak pada saat memenangi pertandingan perempat final melawan Jerman. Pada level klub, dia mengemas paling banyak cap di klub Hajduk Split sebanyak 128 pertandingan, dan tim Real Betis pada tahun 1995 - 1998 sebanyak 98 caps. 

Right Midfielder : Robert Prosinecki
Digadang sebagai pemain dengan teknik paling tinggi yang pernah Kroasia punya, Prosinecki memang terlahir sebagai dribbler yang dahsyat: kemampuan mengolah bola di atas rata-rata, dan keahliannya dalam memertahankan bola dalam possession. Dengan timnas Kroasia, dia telah memperoleh 49 caps dan membukukan 10 gol atas namanya. Prosinecki juga membela timnas Kroasia pada Piala Eropa 1996, serta Piala Dunia 1998 dan 2002. Karir di level klub tidak begitu semulus karirnya di level timnas: setelah mengalami musim yang baik bersama Red Star Belgrade, dia berpindah-pindah di Spanyol bersama Real Madrid, Real Oviedo, Barcelona, dan Sevilla, sebelumnya akhirnya kembali bermain di ranah Kroasia. 

Center Midfielder: Niko Kovac
Kemampuannya untuk melakukan tackle dan visinya dalam memberi umpan, serta lama waktu servis yang diberikan untuk timnas Kroasia sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 membuat Niko Kovac pantas berada di posisi lini tengah tim ini. Ketika pensiun dari timnas pada tahun 2009, Niko Kovac merupakan pemain tertua yang berada di timnas tersebut. Niko telah mengemas 83 caps untuk timnas dan 14 gol bersamanya. Dia menghabiskan sebagian besar karir level klub nya di ranah Jerman (Hertha Berlin paling banyak) sebelum mengakhiri karirnya di klub Austria, Red Bull Salzburg, pada tahun 2009. 

Center Midfielder: Zvonimir Boban
Adalah sebuah perdebatan yang tiada akhir siapakah legenda Kroasia paling hebat: Boban ataukah Suker. Terlepas dari perdebatan itu, kontribusi Boban pada timnas sungguh luar biasa. Pengemas caps timnas sebanyak 51 kali ini telah mengemas 12 gol untuk timnas dan menjabat sebagai kapten tim ketika membawa Kroasia menduduki peringkat ketiga Piala Dunia 1998. Passing nya pada pertandingan penentuan juara ketiga Piala Dunia 1998 kepada Suker membawa negaranya merebut gelar tersebut. Karirnya bersama AC Milan juga gemilang, mengingat dia menjuarai Serie A sebanyak 4 kali dan Liga Champions 1 kali bersama tim dari kota Milan tersebut. 

Left Midfielder: Luka Modric
Umurnya masih berada pada golongan menengah untuk pesepakbola, 28 tahun, namun apa yang telah dicapai baik di level klub maupun timnas sama sekali tidak dapat digolongkan sebagai kelas menengah. Meskipun bertubuh kecil, Modric dianugerahi keuletan luar biasa untuk bertarung di lapangan tengah sekeras Defensive Midfielder, visi umpan sekelas seorang playmaker, dan teknik mencetak gol yang tinggi layaknya seorang penyerang. Mengawali karir klub senior bersama Dinamo Zagreb (dan memenangi gelar liga tiga kali berturut-turut), Modric kemudian menjadi pemain inti di klub Inggris Tottenham Hotspur, sebelum akhirnya pindah ke Real Madrid pada tahun 2012. Partisipasinya bersama timnas mencakup Piala Dunia 2006, Euro 2008 dan 2012 (pada Euro 2008 dia terpilih ke dalam Team of the Tournament).

Center Forward: Alen Boksic
Disebut sebagai salah satu penyerang Kroasia terbaik sepanjang masa, Alen Boksic memiliki teknik yang tinggi untuk ukuran seorang penyerang. Musim gemilangnya bersama Marseille pada tahun 1992/93 membawanya meraih peringkat empat European Footballer of the Year pada tahun 1993 dan gelar Pemain Terbaik Kroasia pada tahun yang sama. Kemudian dia pindah ke tanah Italia dan bergabung bersama Lazio dan Juventus untuk meraih 1 gelar Serie A, Piala Interkontinental 1996, dan UEFA Super Cup 1996 (semuanya bersama Juventus). Boksic meraih caps sebanyak 40 kali dan membukukan 10 gol bersama timnas. Sayang sekali bahwa dia melewati turnamen Piala Dunia 1998; banyak orang mengatakan Kroasia akan masuk ke babak final seandainya dia berpasangan dengan Davor Suker. 

Center Forward: Davor Suker 
Jika Boban tidak pernah dilahirkan, maka Suker akan dengan sangat mudah menjadi pesepakbola Kroasia terbaik sepanjang masa. Menjadi pemain paling subur di timnas dengan raihan 45 gol, Suker menjadi ujung tombak Kroasia pada Piala Dunia 1998 dan menjadi top skor turnamen tersebut dengan raihan total 6 gol dari 7 pertandingan. Dia kemudian hanya kalah dari Ronaldo sebagai Pemain Terbaik Piala Dunia 1998. Karirnya di level klub juga luar biasa. Memulai karir di Osijek, menjadi top skor di liga lokal, kemudian pindah ke klub yang lebih besar Dinamo Zagreb di mana dia mencetak 34 gol dari 60 kali penampilannya bersama Zagreb. Kepindahannya ke Spanyol hanya untuk mencetak hal yang lebih besar lagi: Suker rutin menjadi langganan top skor La Liga. Di Sevilla dia mengemas 76 gol dari 153 pertandingan, kemudian ketika pinda ke Real Madrid dia mengemas 38 gol dari 86 pertandingan dan membantu Real Madrid meraih gelar juara liga dan Liga Champions. 


Honorable Mentions:
Branko Zebec (LB), Bernard Vukas (LAMF/FW), Stjepan Bobek (FW), dan Dejan Savicevic (AMF). Keempat pemain ini dapat memiliki posisi di tim ini seandainya kita menghitung timnas Yugoslavia (sebelum negara tersebut pecah menjadi Kroasia, Serbia Montenegro, dkk.).

Sabtu, 04 Januari 2014

All Time Best XI: Brazil Terbaik Sepanjang Masa

NOTES: Susunan berikut didasarkan pada prestasi masing - masing individu baik dalam tim nasional maupun pada klub. Juga diperhitungkan seberapa besar pengaruh mereka terhadap tim yang mereka bela, dan inspirasi yang mereka berikan. 

Formasi: 3-4-3



Goalkeeper: Gilmar Dos Santos Neves
Bagi Anda yang tidak mengenal Gilmar, dia adalah salah satu, jika bukan, produk Brazil terbaik di posisi kiper. Untuk tim sekelas Brazil yang rutin menghasilkan pemain bertalenta di posisi menyerang, Gilmar adalah mutiara di tengah miskinnya kiper Brazil yang berkualitas. Pemain Corinthians dan Santos ini memiliki 94 cap timnas, dan memperkuat Brazil di 3 Piala Dunia yang berbeda (1958, 1962, 1966).

Right Center Defender: Carlos Alberto
Disebut sebagai salah satu full back terbaik sepanjang masa, Carlos Alberto juga mumpuni sebagai central defender. Memiliki cap sebanyak 53 pertandingan, Carlos Alberto memimpin rekan-rekannya sebagai kapten tim, yang juga sering disebut sebagai, salah satu timnas terbaik sepanjang masa pada Piala Dunia 1970. Selain kepemimpinannya tersebut, Carlos Alberto juga menutup turnamen tersebut dengan golnya di partai final, yang juga kembali disebut-sebut sebagai salah satu gol Piala Dunia terbaik.

Center Center Defender: Domingos da Guia
Bintang Brazil pertama untuk posisi central defender. Mantan pemain Flamengo dan Corinthians ini memiliki caps sebanyak 30 pertandingan, dan pada tahun 1938 dia berhasil membawa Brazil meraih posisi ketiga di Piala Dunia pada tahun tersebut serta masuk ke dalam tim 1938 FIFA World Cup All Star.

Left Center Defender: Lucio 
Jago dalam duel udara, pandai membaca permainan, dan selalu berhasil melakukan tackling, pemain yang bernama lengkap Lucimar Ferreira da Silva ini juga apik dalam membangun serangan. Dia adalah pemain bertahan Brazil yang memiliki karir paling cemerlang di Eropa: menembus babak final Liga Champions 2002 bersama Bayer Leverkusen, 3 kali gelar Bundesliga dan 1 gelar Piala Jerman bersama Bayern Munich, serta treble winner bersama Inter Milan pada tahun 2010. Dia juga meraih gelar Piala Dunia 2002 dan 2 kali Piala Konfederasi pada tahun 2005 dan 2009.

Right Midfielder: Garrincha
Digadang sebagai salah satu dribbler terbaik sepanjang masa, "The Little Bird" berhasil membawa Brazil menjuarai Piala Dunia pada tahun 1958. Pada tahun 1962, Pele tidak bisa mengikuti turnamen Piala Dunia, dan Garrincha seorang diri berjuang membawa Brazil menjuarai turnamen tersebut dan dipilih sebagai Player of The Tournament dan meraih gelar top skor turnamen yang sama. Pria yang selalu membawa nuansa menghibur dalam setiap permainannya ini membela klub Botafogo, membawa klub tersebut menjuarai Campeonato Carioca sebanyak 3 kali. Adalah fakta menarik bahwa selama Garrincha dan Pele berada dalam satu tim, Brazil tidak pernah kali sekalipun.

Central Midfielder: Didi
Didi adalah bintang paling bersinar Brazil sebelum nama Pele mencuat, dan sangat dikenal karena tekniknya yang mumpuni, stamina kuatnya, serta kemampuannya mencuri serangan lawan dan mengubahnya menjadi serangan timnya yang mematikan. Idola Pele ini membela Brazil pada turnamen Piala Dunia 1954, 1958, dan 1962, di mana dia membawa Brazil juara pada dua tahun terakhir tersebut. Bahkan pada tahun 1958 Didi berhasil meraih penghargaan sebagai Player of the Tournament. Pangeran yang berdarah Etiopia ini juga dikenal sebagai pencipta teknik tendangan folha seca (dry leaf). 

Central Midfielder: Zico
Apabila ada seorang pemain yang tidak pernah menjuarai Piala Dunia tapi bisa masuk ke jajaran 10 besar Pemain Terbaik FIFA Abad ke-20, maka pemain tersebut pasti memiliki kualitas yang tidak dapat diabaikan sekalipun. Pemain yang dijuluki sebagai "White Pele" ini disebut sebagai salah satu eksekutor tendangan bebas dan playmaker terbaik sepanjang masa. Pun dia disebut sebagai pemain terbaik pada era 1970-1980an. Pemegang caps sebanyak 72 pertandingan, dia telah menciptakan 52 gol untuk timnas Brazil. Flamengo adalah tim yang paling sering dia bela, dan untuk klubnya tersebut dia telah menciptakan 135 gol dalam 249 pertandingannya bersama Flamengo.

Left Midfielder: Roberto Carlos
Pria kelahiran tahun 1973 ini termasuk dalam jajaran full baik terbaik sepanjang masa, dan memiliki segalanya: tackling, stamina, kecepatan, tenaga, dan tentu yang paling terkenal adalah tendangan bebasnya yang secepat peluru. Bersama Real Madrid dia berhasil mencetak gol sebanyak 71 gol dalam 584 penampilannya di semua kompetisi dan meraih gelar La Liga sebanyak 4 kali dan gelar Liga Champions sebanyak 3 kali. Dia juga pemegan caps sebanyak 125 pertandingan, dan ikut serta dalam 3 Piala Dunia: 1998, 2002, dan 2006, di mana pada tahun 1998 Roberto Carlos berhasil membawa timnas ke final dan pada tahun 2002 berhasil membawa gelar juara kepada timnas.

Right Forward: Ronaldinho
Pada masa jayanya, tidak ada yang lebih baik daripada dirinya. Karirnya di klub jauh lebih baik daripada di timnas Brazil. Dia adalah fondasi awal dari the invincible Barcelona ketika dia bergabung dengan tim tersebut pada tahun 2003. Mulai memenangi liga pada tahun 2004 dan mengulanginya pada tahun 2005, Ronaldinho juga berhasil membawa Barcelona menjuarai Liga Champions pada tahun 2006. Piala Dunia 2002 adalah turnamen terbaiknya, dan orang takkan pernah lupa tendangan bebas indah jarak jauh nya ketika melawan Inggris, yang menginspirasi Brazil untuk mencapai gelar juara pada tahun tersebut. Penghargaan Pemain Terbaik Dunia pada tahun 2004 dan 2005 hanyalah sebagian kecil dari apa yang telah dia raih di dalam dunia sepakbola.

Center Forward: Ronaldo
Tidak ada pemain yang lebih baik untuk menciptakan standar pemain dengan nomor punggung 9 selain Ronaldo. Peraih tiga kali gelar Pemain Terbaik Dunia (1996, 1997, 2002) ini memiliki 97 cap untuk timnas dengan 62 gol. Dia telah mencetak 247 gol untuk level klub sepanjang karirnya. Meskipun memiliki 'kegagalan misterius' pada partai puncak Piala Dunia 1998, dia berhasil bangkit kembali 4 tahun kemudian, dan 2 golnya di partai final melawan Jerman turut membantu menjadikannya sebagai pencetak gol Piala Dunia tersubur sepanjang masa dengan raihan total 15 gol .

Left Forward: Pele.
Nuff said.